Agar mampu bersaing di pasar global, Toyota terus menerus melakukan strategi cost reduction dari berbagai sudut pandang, meliputi pengembangan (desain produk), produksi (metode produksi dan sistem manufaktur), dan metode pembelian material. Filosofi umum Toyota dalam cost reduction adalah mengurangi pemborosan; membuang semua elemen yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produk mereka.
Kanban System
Sistem ini mulai digunakan oleh Toyota sejak tahun 1960. Dengan sistem ini suku cadang komponen diantar ke assembly line menggunakan kontainer-kontainer. Setelah kontainer tersebut dikosongkan, kontainer tersebut dikirim kembali ke proses produksi sebelumnya. Kontainer yang kosong ini menjadi sinyal untuk kembali memproduksi suku cadang. Sistem ini meminimalkan work in progress dengan meningkatkan perputaran sediaan. Pengurangan buffer inventories ini juga mempercepat pendeteksian suku cadang yang rusak dan melacak kerusakan tersebut ke sumbernya sebelum terjadi kerusakan yang lebih banyak dalam proses produksi. Dengan sistem ini Toyota mampu melakukan penghematan atas kos sediaan mereka. Sistem Kanban ini tidak hanya mereka terapkan di pabrik mereka, Toyota juga mendorong para pemasoknya untuk mengembangkan sistem yang sama sehingga mereka dapat mengurangi inventory holding cost dan menghasilkan suku cadang dengan kos yang lebih rendah.
Supply Chain Management
Perakitan komponen hingga menjadi satu kendaraan yang utuh hanya merupakan 15% dari keseluruhan proses produksi mobil. 85% sisanya merupakan proses yang dibutuhkan untuk memproduksi seluruh komponen yang dibutuhkan oleh sebuah kendaraan. Supply Chain Management yang baik dibutuhkan untuk mengelola para pemasok agar bisa mendukung proses produksi dengan baik dan dengan biaya serendah mungkin.
Toyota bertujuan memproduksi mobil dengan harga pasar yang layak sehingga member nilai bagi pelanggan. Filosofi ini menyarankan agar usaha pengurangan biaya bukan merupakan kereta satu arah menuju biaya serendah mungkin. Toyota menetapkan biaya target bagi para pemasoknya. Para pemasok harus beroperasi pada harga di mana pelanggan membayar komponen tersebut. Tujuannya adalah untuk menghilangkan pemborosan, tidak hanya di pabrik Toyota tetapi juga di pabrik pemasok dan di sistem yang saling berhubungan di antara keduanya, misalkan di sistem logistic. Toyota dengan selektif memilih satu atau dua mitra strategis untuk setiap komponen dan mendorong persaiangan di antara mereka. Masing-masing akan memperoleh kontrak ekslusif untuk komponen satu model mobil, sehingga mereka khawatir akan kehilangan pangsa pasar Toyota di masa mendatang jika mereka tidak berkinerja dengan baik. Toyota mendorong para pemasoknya untuk terus berfoskus pada perbaikan proses berkelanjutan. Kontrak dasar untuk komponen akan dibuat untuk empat ata lima tahun dengan harga ditentukan di depan. Jika usaha gabungan antara pemasok dan Toyota ini sukses mengurangi kos manufaktur dan komponen, profit tambahan akan dibagi di antara mereka. Dan jika pemasok dengan usahanya sendiri berhasil menciptakan inovasi yang mengurangi kos, maka pemasok berhak mendapatkan profit tambahan yang dihasilkan dari inovasi tersebut selama masa kontrak. Dengan melakukan investasi dalam bentuk kemitraan pemasok, Toyota memperoleh pengurangan harga dalam jangka panjang dari pemasok tanpa mengorbankan kualitas.
Toyota juga membentuk asosiasi pemasok yang terdiri dari “first- tier supplier” dan “second-tier supplier”. “First-tier supplier” bertanggungjawab bekerja bersama-sama Toyota sebagai bagian dari tim pengembangan produk baru. Tiap-tiap “first-tier supplier” ini juga bertanggung jawab membentuk “second-tier supplier”. Perusahaan-perusahaan yang berada dalam “second-tier supplier” diberi pekerjaan membuat suku cadang individual. Asosiasi pemasok ini berfungsi untuk saling berbagi informasi terkait rancangan maunfaktur baru, teknik manajemen material, serta teknik produksi di antara mereka.
The CCC21 Project—Leading the Way in Toyota’s Cost-Reduction Efforts
CCC21 (Construction of Cost Competitiveness for the 21st Century) merupakan proyek cost reduction jangka pendek yang diluncurkan oleh Toyota pada bulan Juli tahun 2000. Proyek ini bertujuan untuk mencapai cost reduction skala besar untuk sekitar 170 komponen yang mencapai 90% dari total kos pembelian komponen. Dalam proyek ini staf engineering, production engineering dan departemen pembelian bekerja bersama-sama dengan para pemasok suku cadang dan bahan baku mulai dari tahap perancangan komponen untuk meningkatkan standardisasi suku cadang dan menilai kembali metode manufaktur. Bersama-sama dengan pemasoknya, Toyota berusaha mencari suku cadang paling murah di seluruh dunia.
Toyota tidak mencari peluang peningkatan pada komponen dan tahapan manufaktur secara individual tetapi melihat kepada keseluruhan sistem, mengevaluasi keseluruhan sistem dan mencari komponen yang dapat dieliminasi. Proyek ini menekankan pada pembentukan kembali empat area yang berbeda yaitu perencanaan dan perancangan, produksi, pembelian, dan biaya tetap.
Selama lima tahun terakhir proyek ini telah berhasil menciptakan penghematan sebesar US$ 9 milyar. Sebagai contoh kecil, dalam perancangan pegangan pintu, dengan bekerja bersama-sama pemasok, Toyota berhasil mengurangi jumlah suku cadang dari 34 menjadi 5 suku cadang, yang memangkas kos pembelian sebesar 40% dan mengurangi waktu instalasi yang dibutuhkan dari 12 detik menjadi 3 detik.
Enhancing Quality and Flexibility through Global Body Line (GBL)
Selain CCC21, Toyota juga melakukan inovasi lain dalam bidang produksi untuk melakukan pengurangan manufacturing cost. Inovasi ini meliputi pengembangan perlatan produksi sendiri, desain produk yang memungkinkan mereka menyederhanakan proses dan mengurangi jumlah suku cadang dan mengembangkan teknologi dan sistem manufaktur.
Sistem GBL ini telah mendatangkan serangkaian manfaat meliputi:
- 30% reduction in the time vehicle spends in the body shop
- 70% pengurangan waktu yang dibutuhkan untuk melengkapi bagian kendaraan
- 70% pemangkasan kos penambahan atau perubahan model
- 50% pengrangan kos investasi untuk menciptakan lini produk baru
Selain itu, sistem ini juga telah berhasil mengurangi kos operasi dan perawatan serta menghemat penggunaan tempat produksi. Dengan adanya penghematan tempat tersebut, Toyota mampu menggandakan kapasitas pabriknya. Selain itu dengan sistem ini Toyota mampu memproduksi 8 jenis kendaraan yang berbeda dalam 1 assembly line.
Value Innovation (VI)
Pada bulan April 2005, Toyota memulai aktivitas Value Innovation (VI). VI merupakan bentuk perubahan dari CCC21 yang berfokus pada cost reduction selama proses pengembangan, bahkan sebelum blueprint. Melalui aktivitas ini, Toyota memperhitungkan secara seksama baik komponen individual maupun sistem secara keseluruhan. Toyota berusaha mengurangi jumlah komponen dengan mengintegrasikan komponen dan sistem yang memiliki fungsi yang sama dan mereview fungsi dan penempatan dari sistem tersebut. Mereka juga telah mengurangi jumlah komponen dan material yang digunakan tanpa mengurangi kualitas produk dengan mereview proses produksi yang sekarang telah distandarkan.
Referensi
- Hill, Charles W L. 2004. “Toyota: Origins, Evolution, and Current Prospect” Strategic Management 7th Ed. Houghton Mifflin Company: Boston.
- Liker, Jeffrey dan David Meier. 2005. The ToyotaWay Fieldbook. Mc Graw Hill: USA.
- Toyota. 2002. Accelerating Evolution: Strengthening Cost Competitiveness. Toyota 2002 Annual Report.
- Toyota. 2008. Solid Foundation For Future Growth. Toyota 2008 Annual Report.
0 komentar:
Posting Komentar